Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan hambatan aliran udara yang bersifat progresif akibat adanya peradangan pada paru-paru. Kematian akibat PPOK terus meningkat selama tiga dekade terakhir. Meskipun demikian, PPOK sejatinya dapat dicegah dan diobati. Faktor risiko PPOK seperti kebiasaan merokok dapat dikendalikan melalui promosi kesehatan. Di sisi lain, kompetensi klinis tenaga kesehatan memiliki kontribusi penting dalam keberhasilan pencegahan, diagnosis dan pengobatan PPOK.            

Pengobatan berbasis bukti terus berkembang seiring berjalannya waktu. Tatalaksana terapi diperbaharui secara periodik sesuai dengan bukti ilmiah aktual. Sejalan dengan hal tersebut, tenaga kesehatan perlu mendapatkan paparan pengetahuan terkait bukti ilmiah dan pedoman terapi terbaru melalui program pendidikan atau pelatihan. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kesehatan, dapat meningkatkan pengetahuan, kompetensi, keterampilan klinis, sikap dan perilaku profesional, serta memberikan hasil perawatan terbaik bagi pasien.

Berdasarkan hasil sebuah studi, disebutkan bahwa manajemen terapi PPOK yang diselenggarakan oleh pelayanan kesehatan primer dinilai kurang optimal. Permasalahan utama berkaitan dengan kurangnya pemanfaatan spirometri dalam diagnosis PPOK. Hal tersebut menyebabkan diagnosis yang salah atau kurang akurat. Permasalahan lain yaitu, kurangnya rujukan untuk melakukan pemeriksaan dengan spirometri bagi pasien berisiko tinggi, serta rendahnya kepatuhan terhadap pedoman terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan profesional.

Pelayanan terapi PPOK yang kurang optimal pada layanan kesehatan primer, dapat dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya faktor yang berkaitan dengan pengetahuan, kompetensi dan keterampilan klinis tenaga kesehatan. Penelitian ini merupakan systematic review dan meta analisis yang dilakukan untuk meninjau bukti ilmiah berdasarkan penelitian randomnized controlled trial (RCT). Penelitian ini lebih lanjut dilakukan untuk meninjau literatur-literatur yang mengamati perbedaan hasil antara perawatan oleh tenaga kesehatan yang telah mendapatkan intervensi pendidikan dibandingkan dengan perawatan tanpa adanya intervensi bagi tenaga kesehatan pada layanan kesehatan primer.

Penelitian dilakukan dengan meninjau seluruh artikel ilmiah yang telah dikumpulkan dan memenuhi kriteria inklusi. Artikel ilmiah dikumpulkan dari sumber informasi sekunder. Abstracting services yang digunakan antara lain, CENTRAL, MEDLINE, Embase, APAPsycINFO, CINAHL EBSCO, AMED EBSCO, pencarian manual dan laman resmi yang memuat studi klinis. Terdapat hasil primer dan sekunder yang diamati setelah pemberian intervensi pendidikan bagi tenaga kesehatan. Hasil primer yang diamati meliputi, proporsi diagnosis PPOK yang dikonfirmasi dengan spirometri, proporsi pasien PPOK yang dirujuk,  pasien yang telah berpartisipasi atau telah menyelesaikan rehabilitasi paru-paru, dan proporsi pasien PPOK yang diresepkan obat saluran pernapasan sesuai dengan pedoman yang direkomendasikan.

Hasil pencarian dan penyaringan artikel menghasilkan 38 studi yang layak digunakan dalam tinjauan naratif dan 5 studi yang dapat digunakan untuk meta-analisis. Hasil peninjauan literatur, menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada penerima intervensi, jenis intervensi yang diberikan, tempat intervensi diberikan, metode serta periode pengukuran hasil intervensi. Adanya perbedaan tersebut, menjadi dasar anggapan bahwa kualitas keseluruhan bukti dari literatur yang ditinjau adalah rendah atau sangat rendah dan meta-analisis tidak dapat dilakukan pada hasil intervensi primer.

Berbagai bentuk intervensi pendidikan yang diamati dalam artikel terpilih, antara lain kegiatan workshops, modul daring, ketersediaan alat pendukung praktik, tool kits, tatalaksana dalam manajemen terapi, dan pelatihan penggunaan spirometri. Berdasarkan hasil tinjauan, mayoritas intervensi pendidikan pada layanan kesehatan primer, diberikan kepada dokter, namun terdapat rancangan studi yang juga memberikan intervensi tersebut kepada perawat dan tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam manajemen PPOK.

Berdasarkan hasil tinjauan literatur dan meta analisis yang dilakukan, tidak dapat ditentukan dampak intervensi pendidikan pada hasil utama yang diharapkan. Namun, peninjauan literatur menunjukkan adanya bukti dengan kualitas sedang pada hasil sekunder yang diharapkan. Bukti ilmiah yang ditinjau menunjukkan bahwa intervensi pendidikan untuk tenaga kesehatan dapat meningkatkan capaian vaksinasi influenza bagi pasien PPOK dan memiliki dampak pada kepuasan pasien dengan perawatan PPOK. Bukti tersebut perlu diinterpretasikan dengan seksama mengingat adanya variasi dan tingkat kualitas bukti.

Intervensi pendidikan bagi tenaga kesehatan merupakan salah satu bentuk pengembangan diri bagi tenaga kesehatan agar dapat memberikan pelayanan berdasarkan bukti ilmiah aktual dan keterampilan klinis yang memadai. Studi ilmiah dengan kualitas bukti yang lebih baik diharapkan dapat ditinjau pada masa mendatang. Bukti ilmiah yang mengungkap efektivitas, manfaat, dan keberhasilan intervensi pendidikan dalam terapi PPOK, selanjutnya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi organisasi profesi kesehatan dalam program pengembangan keilmuan dan keterampilan klinis, serta diharapkan dapat meningkatkan motivasi tenaga kesehatan untuk senantiasa memperluas keilmuan.

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.cochranelibrary.com/cdsr/doi/10.1002/14651858.CD012652.pub2/abstract

A.J. Cross, J. Liang, D. Thomas, E. Zairina, M.J. Abramson, J. George, Educational interventions for health professionals managing chronic obstructive pulmonary disease in primary care, Cochrane Database of Systematic Reviews, (2022).