Sistem Informasi Posyandu (PIS) merupakan seperangkat alat penyiapan data untuk menghasilkan informasi kesehatan mengenai kegiatan, kondisi, dan perkembangan yang terjadi di setiap Posyandu. Sistem informasi ini bermanfaat sebagai acuan bagi kader untuk memahami permasalahan yang ada dan memudahkan operasionalisasi kegiatan Posyandu seperti data dasar posyandu, kegiatan pelayanan posyandu, serta data pengguna dan petugas posyandu (Mubarak et al., 2017). Melalui sistem informasi ini, diharapkan Posyandu dapat mengembangkan jenis kegiatan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sasaran. Kemampuan kader dalam memahami PIS menjadi sangat penting karena akan mempengaruhi kualitas informasi yang dihasilkan.

Sistem Informasi Posyandu masih jauh dari standar yang ditetapkan oleh Pemerintah. Beberapa tantangan yang masih dihadapi dalam pelaksanaan Sistem Informasi Posyandu seperti proses pengelolaan data menjadi informasi yang belum efektif dan efisien dalam mekanisme yang terintegrasi dan terkoordinasi, terdapat tumpang tindih dalam pengumpulan dan pengolahan data kesehatan, dan masih ada pengumpulan data yang berulang-ulang oleh unit yang berbeda sehingga ada risiko data dan kegiatan yang tercatat lebih dari satu kali.

Posyandu yang menjadi lokasi penelitian ini adalah salah satu Posyandu di Desa Ngujo, Bojonegoro. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas kesehatan yang bekerja di Polindes, salah satu masalah yang masih dihadapi adalah Sistem Informasi Posyandu (PIS) yang belum berjalan optimal.

Sistem Informasi Posyandu memiliki tujuh format yang terdiri dari (1) catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi dan kematian ibu, (2) register bayi di wilayah kerja Posyandu (3) register balita di wilayah kerja Posyandu (4) register ibu hamil di wilayah kerja Posyandu. Selain keempat format tersebut, masih ada tiga format pendukung lainnya yang terdiri dari (5) register WUS/PUS di wilayah kerja Posyandu, (6) register ibu hamil di wilayah kerja Posyandu, (7) Data data pengunjung Posyandu, kelahiran dan kematian bayi dan ibu hamil, persalinan atau melahirkan. Ketujuh format tersebut harus diisi secara teratur oleh kader Posyandu sesuai dengan Sistem Informasi Posyandu. Buku pedoman tersebut dipegang oleh bidan, kemudian bidan akan menyampaikan mekanisme pencatatan kepada kader Posyandu. Berdasarkan buku panduan Sistem Informasi Posyandu yang tersedia di Polindes Desa Ngujo, dapat disimpulkan bahwa pencatatan harus dilakukan setiap bulan. Setiap format memiliki catatan yang berbeda. Oleh karena itu, kader harus memperhatikan dengan seksama pedoman tersebut agar setiap format dapat terisi dengan benar.

Dalam sebuah sistem informasi dan basis data, formatnya dapat berupa sebuah layar yang berisi banyak ruang yang telah dikategorikan untuk memasukkan data sesuai dengan kategori yang telah dibuat. Format yang baik dan tersusun rapi akan memudahkan pencatatan data. Sistem Informasi Posyandu yang digunakan di Posyandu Putra Bangsa memiliki tujuh format. Ketujuh format tersebut cukup rapi namun memiliki tata letak yang ringkas dan kecil. Sehingga proses pencatatan manual cukup menyulitkan kader Posyandu untuk menyesuaikan tulisan tangan dengan tata letak yang tersedia.

Posyandu Putra Bangsa telah mencapai stratifikasi penuh (hijau), yang berarti bahwa Posyandu ini sudah memiliki program inovatif dengan kegiatan Posyandu yang sering dilakukan setiap tahunnya. Meski demikian, maish ditemukan beberapa tantangan yang dihadapi kader dalam menjalankan program Posyandu. Salah satu permasalahan yang dihadapi kader adalah banyaknya format yang harus diisi sehingga menambah beban kerja kader Posyandu. Beberapa kader Posyandu juga merangkap sebagai kader Posbindu sehingga beban kerja bertambah. Tidak adanya peraturan khusus yang mengatur Sistem Informasi Posyandu juga menjadi faktor lemahnya pengembangan dan peningkatan sistem yang ada. Pelatihan tentang pencatatan dan pelaporan Sistem Informasi juga belum komprehensif dan hanya perwakilan kader yang mendapatkan informasi. Area kerja Posyandu Putra Bangsa sudah memiliki akses internet namun jaringan internet belum stabil dan cukup kuat. Selain itu, perubahan model pencatatan dari manual ke komputerisasi dengan bantuan teknologi tentu membutuhkan kesiapan dari beberapa sektor.

Berdasarkan hasil wawancara, data dalam Sistem Informasi Posyandu sudah lengkap, namun ada beberapa data yang tidak tercatat. Salah satunya terjadi ketika kader tidak mengisi data mengenai pemberian tablet Fe. Pencatatan jumlah petugas yang hadir juga tidak rutin diisi oleh kader dengan asumsi bahwa data tersebut tidak digunakan untuk mengambil keputusan. Dalam hal ketepatan waktu, kader sudah mengisi secara rutin dalam satu tahun. Namun, jika dilihat dari pedomannya, seharusnya rutin dilakukan setiap bulan dan setiap selesai kegiatan Posyandu.

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa Posyandu Putra Bangsa telah menerapkan Sistem Informasi Poyandu. Namun, dalam praktiknya masih ada beberapa format yang tidak diisi sesuai dengan Pedoman PIS. Kemampuan sumber daya manusia juga perlu direncanakan karena berdasarkan penilaian dari semua aspek, menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan yang sangat penting sebagai pelaksana Sistem Informasi Posyandu. Selain meningkatkan kualitas sumber daya manusia, prasyarat terbentuknya sistem informasi lain seperti kebijakan dan teknologi yang mendukung perlu dipertimbangkan agar Sistem Informasi Posyandu (PIS) dapat berjalan secara optimal.

Penulis: Ratna Dwi Wulandari

Sumber: Maghfiroh, S.A., & Wulandari, R.D. (2022). Evaluation of Posyandu Information Systems Using The Health Metric Network Model. The Indonesian Journal of Public Health, 17(3), 439-450. https://doi.org/10.20473/ijph.v17i3.2022.439-450

Link Artikel:     https://doi.org/10.20473/ijph.v17i3.2022.439-450