Stroke merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas tertinggi di Indonesia. Berdasarkan jenisnya, stroke dapat dibagi menjadi 2, yakni stroke iskemik dan stroke perdarahan. Stroke iskemik secara epidemiologi lebih sering dijumpai, namun memiliki angka mortalitas yang lebih rendah bila dibandingkan dengan stroke perdarahan. Terjadinya stroke tak luput dari peran berbagai faktor risiko yang meningkatkan peluang seseorang untuk terkena serangan stroke.

Dolikoektasia vertebrobasilar merupakan salah satu faktor risiko yang jarang dijumpai namun berpotensi menyebabkan serangan stroke berulang. Kondisi ini ditandai dengan arteri vertebrobasiler yang mengalami elongasi, berkelok-kelok (tortuosity), pembesaran, dilatasi, yang mengakibatkan perubahan hemodinamik. Ibarat pipa saluran air yang seharusnya lurus dan tipis menjadi berkelok-kelok dan melebar tentu saja akan membuat darah menjadi lebih lambat untuk mencapai otak. Hal ini yang berpotensi menyebabkan berbagai komplikasi seperti serangan stroke sesaat (transient ischemic attack), stroke iskemik, penekanan batang otak, penekanan saraf kranial otak, dan hidrosefalus obstruktif.

Penyebab pasti dari kondisi ini masih belum diketahui, namun terdapat dua hipotesa yang mencoba menjelaskan terjadinya dolikoektasia, yakni dolikoektasia senilis dan juvenilis. Pada dolikoektasia senilis, terjadi perubahan morfologi pembuluh darah akibat proses hipertensi dan aterosklerosis yang berkepanjangan. Sedangkan pada dolikoektasia juvenilis, beberapa penyakit genetik seperti Ehlers-Danlos atau sindrom Marfan diduga berperan dalam hilangnya lapisan membrana elastika interna dan tunika media pada pembuluh darah.  

Sebuah laporan kasus yang ditulis oleh Sari et al (2022) menceritakan suatu kasus stroke dengan onset kurang dari satu jam yang disebabkan oleh dolikoekasia vertebrobasilar. Adapun defisit yang dimiliki oleh pasien meliputi kelemahan separuh badan sisi kiri, penurunan kesadaran, disatria berat, dan adanya wajah perot sisi kiri. Riwayat penyakit pasien sebelumnya signifikan untuk penyakit jantung koroner dan rutin mengonsumsi obat antiplatelet. Pasien mendapat skor awal National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) sebesar 17, yang artinya pasien mengalami stroke derajat sedang-berat. Pada gambaran CT Scan kepala, tidak didapatkan adanya tanda-tanda infark ataupun perdarahan intrakranial, sehingga pasien merupakan kandidat untuk terapi trombolisis intravena.

Pemberian trombolisis intravena dikerjakan pada onset 2 jam 45 menit dari serangan dengan dosis 0.9 mg/kgBB/jam (10% bolus dalam 1 menit diikuti 90% secara drip dalam 1 jam). Pasien berangsur mengalami perbaikan klinis dimana 24 jam paska serangan, skor NIHSS pasien turun dari 17 menjadi 12. Pemeriksaan imaging evaluasi dilakukan pada onset hari ke-6 dengan modalitas Magnetic Resonance Imaging dan Magnetic Resonance Angiography menunjukkan adanya area iskemi pada lobus frontal kanan serta adanya penekanan oleh arteri pada daerah pons. Didapatkan adanya dilatasi dan tortuous pada arteri vertebrobasilar dengan lebar diameter sama seperti arteri karotis interna, sehingga disimpulkan sebagai suatu dolikoektasia vertebrobasilar. Pada hari ke-7, pasien hanya memiliki disatria ringan, wajah perot sisi kiri ringan, dan kelemahan separuh badan sisi kiri yang membaik. Skor NIHSS pasien pada hari ke-7 adalah 7 dan pasien diperbolehkan untuk rawat jalan.

Sebagai penutup, dolikoektasia vertebrobasilar merupakan salah satu kondisi yang langka namun dapat menyebabkan terjadinya serangan stroke berulang. Trombolisis intravena dinilai cukup efektif dan aman untuk diberikan pada pasien-pasien dengan dolikoektasia vertebrobasilar. Walaupun demikian, studi lanjutan dengan sampel yang lebih besar diperlukan untuk menentukan efektivitas dan keamanan pemberian trombolisis intravena pada pasien dengan dolikoektasia vertebrobasilar.

Artikel Jurnal

Sari PM, Sani AF, Kurniawan D. Intravenous thrombolysis in patient with vertebrobasilar dolichoectasia and antiplatelet medication. Radiol Case Rep. 2022;17(9):3355-3359. Published 2022 Jul 18.

Link Artikel Jurnal

doi:10.1016/j.radcr.2022.06.061