Secara global, jumlah kasus demam berdarah yang dilaporkan ke WHO meningkat lebih dari 8-meningkat dua kali lipat selama 2 dekade terakhir, dari 505.430 kasus pada tahun 2000 menjadi lebih dari 2,4 juta pada tahun 2010 menjadi 5,2 juta pada tahun 2019. Kematian yang dilaporkan antara tahun 2000 dan 2015 meningkat dari 960 menjadi 4032, mempengaruhi sebagian besar kelompok usia yang lebih muda. Data terakhir pada November 2021 mencatat bahwa angka kumulatif kasus DBD di Indonesia sebanyak 40.759 kasus (angka kejadian (IR) 14,76/100.000 jiwa) dan 402 kematian (l (CFR) 0,99%). Aedes aegypti yang terinfeksi Wolbachia telah dipuji sebagai teknologi baru yang dapat mengatasi penyakit demam berdarah. Wanita yang terinfeksi tidak dapat menularkan virus dengue dan secara reproduksi tidak sesuai dengan laki-laki yang tidak terinfeksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan penilaian risiko pada pelepasan Aedes aegypti yang terinfeksi Wolbachia di Yogyakarta, Indonesia. penilaian risiko yang terkait dengan pelepasan Ae yang terinfeksi Wolbachia. aegypti menggunakan metodologi dikembangkan oleh Commonwealth Scientific Industrial Research Organization (CSIRO), Australia.
Dalam tulisan ini, Bayesian belief network (BBN) digunakan sebagai metode analisis, dan digabungkan dengan hasil diskusi dan data analisis kelompok ahli lokal, penilaian risiko dari pelepasan Ae yang terinfeksi Wolbachia. aegypti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan Ae yang terinfeksi Wolbachia. aegypti menyebabkan risiko yang dapat diabaikan (0,0088).
Aedes aegypti yang terinfeksi Wolbachia adalah teknologi terbaru yang dikembangkan untuk menghilangkan demam berdarah. Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemenristekdikti) membentuk kelompok ahli untuk mengidentifikasi potensi risiko di masa depan yang mungkin terjadi selama periode30 tahun terkait dengan pelepasan Ae yang terinfeksi Wolbachia. Aegypti. Penilaian risiko terdiri darimengidentifikasi berbagai bahaya yang mungkin berdampak pada manusia dan lingkungan. Darikonsensus di antara para ahli, ada 56 bahaya yang diidentifikasi dan dikategorikan menjadi 4 komponen, yaitu, masalah ekologis, khasiat dalam pengelolaan nyamuk, masalah ekonomi dan sosial budaya, dan standar kesehatan masyarakat. Ada 19 bahaya dalam kelompok ekologis. Kemungkinan keseluruhan dalam ekologi nyamuk sangat rendah (0,05), dengan konsekuensi sedang (0,74), yang mengakibatkan risiko yang dapat diabaikan. Untuk khasiat pada kelompok penanggulangan nyamuk, terdapat 12 bahaya yang dihasilkan dalam kemungkinan yang sangat rendah (0, 11) dengan konsekuensi tinggi (0, 85). Risiko keseluruhan untuk manajemen nyamuk
efikasi sangat rendah (0,09). Ada 14 bahaya yang diidentifikasi dalam standar kesehatan masyarakat dengan sangatkemungkinan rendah (0,07), konsekuensi sedang (0,50) dan risiko yang dapat diabaikan (0,04). Terakhir, 13 bahaya adalahteridentifikasi pada kelompok ekonomi dan sosial budaya dengan kemungkinan rendah (0,01) tetapi dengan konsekuensi sedang (0,5), yang mengakibatkan risiko sangat rendah (0,09). Tingkat keparahan risiko dari keempat komponen
Penulis : Prof. Dr. Aryati, dr. Sp.PK(K)
Penelitian pada artikel ini dapat dilihat di https://www.mdpi.com/2075-4450/13/10/924/pdf