Diagnosis striktur bilier menjadi sebuah tantangan karena adanya jumlah tak tentu pada striktur bilier setelah evaluasi pra operasi yang dapat mencapai 20%, sehingga diagnosis pasti dituntut untuk melakukan evaluasi lebih lanjut melalui pembedahan reseksi dan pemeriksaan patologis. Selain itu, beberapa kondisi jinak bisa meniru proses ganas, misalnya pada striktur pasca inflamasi dan sklerosis primer kolangitis. Cedera iatrogenic pasca transplantasi hati dan pasca kolesistektomi adalah penyebab paling umum dari striktur bilier jinak. Sementara itu kanker pankreas dan cholangiocarcinoma adalah sumber utama dari keganasan striktur bilier.  Secara umum, terdapat sekitar 13-24% pasien striktur bilier yang dirujuk untuk operasi namun pada akhirnya ditemukan jinak dan reseksi bedah membuktikan bahwa 20% dari striktur yang dicurigai ganas sebenarnya berada pada kondisi jinak. Operasi berlebihan untuk penyakit bilier yang masih jinak harus dihindari tetapi apabila dilakukan penundaan pengobatan pada keganasan juga berbahaya bagi pasien. Oleh karena itu, evaluasi pra operasi memainkan peran penting untuk mengeliminasi keganasan.

Tes yang ideal mengenai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi belum pernah dilakukan, meskipun variabilitas tes sudah tersedia baru-baru ini. Beberapa metode telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam evaluasi striktur bilier, seperti: kolangiografi trans-hepatik perkutan atau aspirasi empedu selama Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP). Nantinya, pengembangan metode sitologi sikat saluran empedu akan menjadi cara yang umum untuk diterapkan dan akan menjadi pilihan metode pemeriksaan. Sitologi sikat saluran empedu menggunakan bahan sitologi kering udara untuk Diff-Quick noda atau difiksasi dalam etanol yang digunakan untuk pewarnaan Papanicolaou. Baru-baru ini, SpyGlass komersial yang merupakan sistem visualisasi langsung dari Boston Scientific Perusahaan (Marlborough, Massachusetts, Amerika Serikat) sudah tersedia untuk mengatasi keterbatasan pada metode sebelumnya. Sistem tersebut secara langsung memvisualisasikan pohon bilier untuk mendiagnosis dan untuk tujuan terapeutik dengan menggunakan alat sekali pakai pada lingkup digital dengan bidang pandang 120 derajat. Ujung alat meruncing, memiliki empat arah sistem defleksi ujung, dan saluran khusus untuk irigasi air berada dalam satu bidang, yang memungkinkan prosedur observasi dan biopsy yang tidak terkendali. Visualisasi lesi langsung dengan peningkatan kualitas gambar dan kemampuan untuk mengambil biopsi pada target dapat dilaksanakan dengan kolangioskopi digital. Pada keganasan akan didapatkan temuan pembuluh tumor yang melebar, pembuluh berliku-liku, infiltrative striktur, margin tidak teratur dengan oklusi parsial lumen, permukaan tidak beraturan, dan mudah mengalir.

Berdasarkan dari gambaran di atas, peneliti dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga berhasil mempublikasikan hasil laporan kasus di salah satu jurnal Internasional terkemuka, yaitu Acta medica Indonesiana. Dari penelitian tersebut penulis melaporkan sebuah kasus yang ada pada pasien di India dengan striktur bilier tak tentu yang menjalani Pemeriksaan ERCP dan SpyGlass DS. Pasien tersebut berusia 65 tahun memiliki keluhan penyakit kuning dengan bilirubin total sebesar 23,3 mg/dL dan bilirubin langsung sebesar 16,2 mg/dL. Tes fungsi hati dengan gamma-glutamyltransferase dan CA 19-9 ditemukan adanya peningkatan. USG transabdomen dan CT perut dapat mendukung proses dilatasi saluran empedu umum (CBD) dengan adanya penyempitan tiba-tiba dan peningkatan periductal pada tingkat suprapankreas dan striktur. Ultrasonografi endoskopi menunjukkan intrahepatic striktur CBD dengan CBD proksimal melebar dan endapan kotoran. Kolangiopankreatografi retrograde endoskopik menunjukkan striktur pertengahan CBD. Meskipun hasil sikat sitologi menunjukkan displasia tingkat rendah dan tidak pasti sebagai bukti keganasan, kolangioskopi menggunakan SpyGlass DS menemukan nodularitas dengan vaskularisasi abnormal yang terlihat di tengah CBD dimana hal tersebut menunjukkan keganasan, serta dikonfirmasi dengan histopatologi sebagai kolangiokarsinoma.

Kesimpulan laporan kasus yang dilaksanakan penulis adalah ingin menunjukkan adanya nilai tambah dari SpyGlass DS untuk mendeteksi kolangiokarsinoma pada pasien striktur bilier tak tentu yang sudah dibuktikan.

Penulis: Muhammad Miftahussurur

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada link artikel berikut:

https://www.actamedindones.org/index.php/ijim/article/view/1184