Pseudomeningocele adalah cairan otak yang terkumpul di lokasi operasi setelah operasi tulang kepala atau tulang belakang. Kondisi ini biasanya terjadi karena penutupan lapisan otak (duramater) yang btidak baik atau ketika cairan otak mengisi  ruang yang dibuat selama operasi. Hidrosefalus dan scar subarachnoid terlibat sebagai faktor yang berkontribusi terbentunya komplikasi ini.

Kasus pseudomeningocele setelah operasi terjadi sekitar 4 sampai 23%. Kondisi ini mungkin menyebabkan komplikasi, seperti nyeri, kelainan bentuk kosmetik, nyeri kepala, meningitis kronis, dan gangguan pada struktur vital yang mengakibatkan kelainan neurologis. Sebagian kecil dari pseudomeningocele menjadi persisten atau berulang dan menimbulkan risiko penutupan luka yang tidak baik, pembentukan lubang atau fistula pada saluran cairan otak, rendahnya tekanan darah didalam kepala, meningitis, dan terkadang kematian.

Pasien anak laki-laki berusia 5 tahun dengan gejala sakit kepala dan muntah di tiga hari terakhir. Terdapat riwayat penyakit sering terjatuh saat berjalan dan mengeluarkan air liur sejak usia 2,5 tahun. Tidak ada riwayat benjolan ataupun riwayat keluarga dengan keluhan serupa. Pemeriksaan fisik menunjukkan juling (strabismus konvergen), kelumpuhan wajah sisi kiri, kesulitan menelan, gangguan gerak tubuh, pergerakan mata yang cepat dan tanpa disadari, dan pemeriksaan jari ke hidung (finger to nose) didapatkan nilai positif. Hasil pemeriksaan MRI didapatkan adanya tumor pada batang otak curiga suatu pontin glioma.

Selanjutnya dilakukan tindakan operasi pengangkatan tumor. Hasil pemeriksaan patologi anatomi adalah ganglioglioma WHO grade 1. Satu minggu pasca operasi, didapatkan adanya  benjolan di daerah operasi. Tidak ada mual, muntah, sakit kepala, atau kelainan neurologis yang berhubungan dengan keluhan baru tersebut. CT scan evaluasi menunjukkan adanya pseudomeningocele di daerah belakang kepala dan tidak didaptkan adanya hidrosefalus. Selanjutnya dilakukan tindakan punksi pada benjolan dan dilakukan bebat tekan dengan menggunakan elastic bandage. Dalam waktu 14 hari setelah operasi, pembengkakan berkurang secara signifikan tanpa ada keluhan tambahan.

Pseudomeningocele merupakan komplikasi yang umum terjadi pasca operasi kranial atau spinal namun hingga saat ini belum ada algoritma atau konsensus yang menjelaskan tatalaksana komplikasi ini. Pengobatan biasanya terdiri dari tindakan non-operatif termasuk punksi cairan, bebat tekan, tirah baring, dan drainase lumbal. Jika tindakan konservatif ini gagal, intervensi bedah dapat dilakukan untuk kondisi tertentu. Pseudomeningocele pasca operasi dapat terjadi akibat kebocoran cairan akibat luka bedah atau dari perubahan pergerakan aliran cairan otak yang beredar di bawah kapisan otak, tengkorak, dan jaringan kulit. Jika dibiarkan, maka dapat terjadi pseudomeningocele berlapis.

Pada kasus pseudomeningocele tanpa adanya hidrosefalus, observasi atau intervensi nonoperatif lebih diutamakan dan ahli bedah cenderung mengamati jangka panjang dengan manajemen konservatif selama 7-14 hari. Pada kasus pseudomeningocele dengan hidrosefalus, ahli bedah biasanya akan langsung melakukan intervensi bedah. Kasus seperti ini menunjukkan bahwa pseudomeningocele terjadi sebagai akibat dari hidrosefalus dan tidak akan membaik kecuali hidrosefalus segera diobati. Faktor lain yang harus diperhatikan yaitu beban pada pasien saat pseudomeningocele serta evolusinya. Jika pasien mulai mengalami keluhan seperti merasa yeri berat pada area benjolan, tidak bisa berbaring dengan nyaman, atau sangat tertekan oleh kelainan tersebut maka dapat dipertimbangkan untuk segera dilakukan tindakan operasi.

Penulis: Dr. Muhammad Arifin, dr.Sp.BS

Link Jurnal:Dustur, S., Parenrengi, M. A., & Suryaningtyas, W. (2022). Management of pseudomeningocele following posterior fossa tumor surgery with absence of hydrocephalus: A case report. International journal of surgery case reports, 98, 107552. https://doi.org/10.1016/j.ijscr.2022.107552